Kamis, 03 Januari 2008

Balada sang gadis

Masih ingatkah kamu dengan balada seseorang yang dikelilingi matahari, bulan dan bintang? Bila kamu lupa akan kuceritakan sekilas tentang si gadis ini, dahulu gadis ini pernah menjadi seorang peri dan terbang bersama peri mimpi yang ia kagumi setiap malam, tapi ternyata peri mimpi absen dari hari-harinya meninggalkan si gadis. Hingga akhirnya ia terhempas ke tanah dan harus berjalan di atas kakinya disertai luka sayapnya yang semakin hari membebani punggungnya, hingga suatu hari ia bertemu petani yang membantunya mematahkan sayap dan menyembuhkan lukanya. Setiap petani itu tertawa mengingatkannya pada mentari yang hangat.

Maka sang gadis mengagumi mentari karena mengingatkannya pada sang petani, mentari memang tertawa untuknya namun tidak bisa selamanya, karena siang harus berganti malam. Sang gadis ditemani bulan yang selalu setia mendengarkan ocehannya, atau bintang-bintang yang berkedip-kedip meramaikan suasana. Hari-harinya damai dengan semaraknya hari dari pagi hingga malam. Entah kenapa semakin lama mentari jarang sekali tersenyum pada sang gadis kecil, malah memberikan panas terik yang membakar kulit sang gadis. Walau sang gadis berjuang mati-matian untuk tetap tersenyum dan berharap pada sang mentari, ia seringkali dilukai dengan sengatan teriknya mentari. Hingga akhirnya mentari sendiri undur diri untuk tersenyum ke arah yang lain yang sudah ditentukan kodrat alam, walaupun kini sinarnya redup. Sang gadis ingin berjuang untuk senyum hangat mentari namun mentari menyerah dan enggan tersenyum lagi untuknya.

Lagi-lagi sang gadis terluka, kali ini dengan sengatan matahari yang meninggalkan jejak di kulitnya. Semua orang meyakinkan bahwa sang gadis masih punya bulan yang menemani setiap malam atau bintang-bintang yang menceriakan langit kelam. Sang gadis bermain-main bersama bintang, namun ternyata bintang mudah bosan. Tinggal bulan yang mau menemaninya dengan keluhan dan cerita-cerita sang gadis, bulan menatap sang gadis dengan lembut. Bulan benar-benar teman setia sang gadis, ia tertawa saat mendengar bintang yang mudah bosan dan sedikit marah dengan sengatan mentari. Saat ini sang gadis merasa nyaman dengan kedewasaan bulan, sinarnya tak menyengat dan teduh namun menerangi sang gadis di malam hari.

Berharap bulan yang kesepian di langit sana menemukan bulan lainnya (namun bulan hanya satu bukan?) namun tetap menatap lembut sang gadis. Sang gadis berharap bertemu arkeolog yang akan setia menemani hari-ahrinya. Sang arkeolog itu akan sangat setia pada sang gadis, karena ia sadar betapa semakin tua betapa semakin berharga dan tak ternilai sang gadis……….untuk bulan teruslah menggantung di langit dan menemani sang gadis sebagai teman yang luar biasa berharga.


Biene_maja
Donnerstag, Januar 2008

Tidak ada komentar: