Selasa, 31 Desember 2019

Family Gathering Keluarga Kartakusumah -part 1-



.::Sejauh apapun kamu pergi, keluarga adalah tempat kamu pulang::.

Saya akan mengabadikan kisah perjalanan “Family Gathering” keluarga besar yang dilaksanakan di penghujung tahun 27- 29 Desember 2019.  
   
Ide untuk acara liburan bareng keluarga besar saya muncul berawal dari obrolan ringan saat kegiatan silaturahmi bulanan keluarga alias arisan. Keluarga dari pihak mama saya merupakan keluarga yang sangat besar. Mama sendiri merupakan 8 bersaudara jadi bisa dibayangkan om-tante-sepupu-keponakan betapa banyaknya setiap acara kumpul keluarga. Sejak almarhum kakek meninggal dunia memang keluarga mama rutin untuk kumpul sebulan sekali menjalin silaturahmi.

Terlontar akhirnya butuh vitamin sea alias liburan ke pantai. Seluruh keluarga besar tidak mau menyetir kendaraan sendiri karena di khwatirkan musim liburan macet. Akhirnya seluruh keluarga sepakat untuk mencoba transportasi umum kereta Bandung - Banjar dan dilanjutkan moda transportasi bus menuju Pangandaran.

Tim panitia (sepupu, om, tante) akhirnya mengurus booking tiket kereta, sewa bus dan sewa Cottage untuk sekitar 42 orang (ini belum semua ikut!! sebagian tidak bisa ikut karena tidak dapat cuti dari kantor).

-Hari Pertama-

Meeting point dilakukan di stasiun Bandung dan betapa hebohnya rombongan kami yang terdiri dari rentang usia 3 - 73 tahun. Setengah gerbong kereta pun diisi oleh keluarga kami.  Ternyata pelayanan fasilitas kereta menuju Banjar ini sangat baik. Dengan harga tiket per orang hanya Rp 50.000 fasilitasnya sudah premium. So it is worth it!! anak- anak sampai kakek nenek happy. Perjalanan Kereta pagi menghabiskan waktu sekitar 4 jam kami berangkat pukul 09.15 tiba di banjar pukul 13.30 .


Dari stasiun Banjar kami sudah menyewa dari jauh hari satu bus pariwisata (link dari teman om saya yang punya bisnis bus di pangandaran). Pertama kali tiba di kota Banjar kesan saya kota tersebut begitu sepi. Area stasiun kereta begitu ramai karena in out penumpang kereta turun menuju Pangandaran atau dari Pangandaran menuju Jakarta ataupun Bandung. Perjalanan Banjar - Pangandaran sendiri menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Kami sekeluarga besar tiba di Pangandaran pukul 4 sore. Kami semua check in di penginapan - mukbang alias makan siang yang tertunda - lanjut foto foto main di pantai sampai menjelang magrib.






Malam hari sebagian besar keluarga mencoba “odong-odong” full music penuh lampu yang harus di kayuh bersama (sepanjang pantai Barat Pangadaran banyak penyewaan odong-odong). Saya sendiri dan suami karena tertinggal rombongan akhirnya memutuskan untuk menyusul dengan menyewa sepeda tandem. Pelajaran yang kami ambil dari odong2 dan sepeda tandem ini……team work!! melelahkan!! kram kaki!! pegal kaki!! namun seru!!! kami menuju air mancur warna yang baru diresmikan di tahun 2019. Pulang ke penginapan semua berpeluh keringat namun penuh tawa. 


(bersambung ke -part 2-)


Biene_maja
Meine Zimmer

31.12.2019

Family Gathering Keluarga Kartakusumah - part 2-




.::Sebelum masa itu hilang. Nikmatilah kebersamaanmu dengan keluarga terkasih. Dan raskanlah bagaimana Allah membahagiakanmu::. (quote by Eyate Eyate)

-Hari kedua-

Hari kedua di Pangandaran di agendakan akan senam ceria bersama, foto dan acara bebas. Namun karena semalam sebelumnya semua kelelahan habis mengayuh “odong2 dugem” (dengan lagu kencang dan lampu warna warni kedap kedip) dan sepeda tandem akhirnya senam ceria di skip. Seluruh keluarga bersantai pagi habis sarapan. Sebelum acara bebas keluarga besar mengenakan kaos seragam keluarga ( yup seniat itu keluarga kami punya kaos keluarga) untuk foto di pantai sambil memegang banner “Family Gathering Kartakusumah” (Niat banget kan udah kaya fieldtrip sekolah).


Acara bebas menjadikan kami terbagi dua kubu….. tim main air dan tim shopping…..tim shopping sudah pasti para nenek dan ibu ibu yang semangat. Sementara tim anak muda - mama muda - papa muda - om - sepupu - keponakan- memutuskan untuk main air di pantai pasir putih. Karena posisi penginapan kami ada di area pantai Barat (area terlarang berenang atau main air), kami harus menyebrang ke pantai pasir putih dengan transportasi perahu. Satu perahu maksimal diisi olah 8 penumpang saja. Ombak di pantai Barat sangat besar, jalur menuju pantai pasir putih cukup menantang berasa naik roller coaster (perumpamaan saya agak lebay karena saya takut kedalaman laut).

Di dekat area pantai pasir putih terdapat satu monumen yaitu kapal Norwegia yang di tenggelamkan oleh menteri kelautan dan perikanan Indonesia atas prakarsa Ibu Susi sang menteri. Kapal tersebut karam dekat pantai pasir putih sebagai tanda bahwa Indonesia tidak main-main dengan nelayan asing yang coba-coba mencuri dari area laut Indonesia!




Namun sangat disayangkan karena pemboman kapal dan karamnya kapal, area sekitar pantai pasir putih banyak sekali terumbu karang yang mati. Area pantai dan laut dipenuhi karang mati, saya dan keluarga ketika berjalan di area pantai dan berenang di sekitar situ mengaduh kesakitan bahkan beberapa orang di keluarga saya kakinya terluka dan berdarah karena menginjak karang mati.



Kami menghabiskan waktu dari pukul 08.00 pagi sampai siang sekitar jam 11.00 di area pasir putih. Kapal menjemput kami kembali setelah kami hubungi bahwa kami sudah selesai. (keponakan balita dan usia SD sudah mulai lapar!).





Kembali ke penginapan kami semua membersihkan diri, shalat, dan lanjut makan di Bamboo cafe and resto yang terletak di area kampung turis pantai Barat Pangandaran. Saat tiba di restoran hujan angin deras sekali sehingga kami tidak bisa berfoto di area restoran pinggir pantai dengan view dan venue yang sangat cantik. Sisa waktu sore sampai malam kami habiskan di penginapan karena hujan sangat deras. Baru sekitar pukul 8 malam sebagian besar dari kami ada yang pergi ke pasar ikan dan membeli masakan sea food, main ke taman lampion. Saya dan suami memutuskan jalan menyusuri pantai (kapok naik sepeda tandem) dan menemukan es krim gelato enak.


(bersambung ke - part 3 - )




Biene_maja
Meine Zimmer

31.12.2019

Family Gathering Keluarga Kartakusumah -Part 3- end


.::senyum dan keceriaan menghias wajah setiap anggota keluarga adalah salah satu kebahagiaan terbesar::.



- Hari Ketiga-

Hari terakhir di Pangandaran kami sekeluarga harus check out penginapan pukul 12 siang dan bus wisata akan menjemput kami di penginapan pukul 1. Pagi -pagi sebagian besar keluarga menghabiskan waktu main air dan pasir di pantai (termasuk para nenek dan kakek!!). Saya dan suami menyewa sepeda motor untuk berburu oleh-oleh di pagi hari. Di sela -sela keliling Pangandaran mencari Sawo di pasar dan titipan dari para tante kami singgah dengan tidak sengaja di area Pantai Timur.


Di area Pantai Timur begitu tenang dan tidak terlalu banyak pengunjung. Kami mengamati para nelayan yang sedang bekerja sama memanen ikan. Masya Allah melihat prosesnya yang begitu lama, menguras tenaga dan hasil panen ikan tidak seberapa….namun ikan, cumi, kerang, kepiting yang di panen begitu segar berbeda sekali kualitasnya dengan ikan dan hewan laut yang kami lihat di pasar ikan.







Selesai dari berkeliling sekitar pantai timur, berburu oleh-oleh, hingga membeli makan siang untuk seluruh keluarga besar sekitar pukul 11.00, kami kembali ke penginapan dan bersiap packing untuk pulang dan check out. Jam 12 siang kami sekeluarga sudah siap cek out, pamit dengan pemilik penginapan. Bus yang menjemput kami sudah dalam perjalanan dan menginformasikan bahwa area masuk gerbang Pangandaran sangat macet. Ketika kami semua keluar penginapan betapa kagetnya melihat jalanan begitu padat dan macet oleh kendaraan. Sebagian besar mobil dan rombongan bus yang akan menghabiskan waktu akhir tahun baru saja tiba. Kami sangat beruntung sudah menikmati pantai Pangandaran saat suasana tidak begitu ramai.


Perjalanan dari Banjar menggunakan bus sewa untuk sekeluarga besar memakan waktu agak lama karena kondisi yang cukup padat menuju Banjar. Pukul 13.00 bus berangkat dari Pangandaran dan tiba di Banjar pukul 16.00. Masih ada waktu dua jam sebelum kereta berangkat menuju Bandung (18.00). Suasana Banjar yang begitu panas (maklum biasa di Bandung yang adem nyes udaranya) membuat kami mencari area dingin (stasiunnya panas banget) dan menemukan indomaret yang berjarak sekitar 500 meter dari stasiun Banjar berasa seperti menemukan oase di Padang Pasir gersang. Ngadem sekitar setengah jam dan makan es krim di Indomaret jadi pilihan beberapa orang dari kami (para keponakan, mahmud dan pahmud).


Kami semua tiba di Bandung pukul 11.00 malam langsung seluruh keluarga berpisah di stasiun kereta dan kembali ke rumah masing masing ( Pajajaran, Holis, Mengger, Antapani, Cimahi, Rancaekek, Bintaro, Depok ). Alhamdulillah Family Gathering penutup tahun 2019 berjalan lancar, seluruh keluarga sehat selamat sampai rumah masing-masing. Semoga Allah SWT selalu melindungi, melimpahi berkah, nikmat sehat, nikmat untuk terus silaturahmi dan kompak selalu kepada seluruh keluarga besar Kartakusumah.

Having somewhere to go is home
Having someone to love is Family
Having both is a blessing


Biene_maja
Meine Zimmer
31.12.2019

Selasa, 17 Desember 2019

Kisah Wanita Dalam Film : Kim Ji Young Born 1982




x

    Bagi para penggemar film Korea nama besar Gong Yoo pasti bukan asing lagi. Aktor Korea yang seringkali memerankan peran unik dan beberapa film di layar lebar yang ia perankan pasti booming atau kontroversi. Saya sendiri mengikuti beberapa drama seri yang diperankan oleh Oppa Gong Yoo seperti "Coffee Prince" dan "Goblin" juga film layar lebar "Train to Busan", "Silenced". Belum semua saya jajal sih film yang diperankan oleh Oppa Gong Yoo tapi kali ini mau sedikit mengulas film terbaru yang diperankan Gong Yoo di tahun 2019 ini setelah hiatus bertahun tahun sejak drama seri boomingnya " Goblin".

       Film ini saya tonton streaming di rumah gara gara banyak review soal bukunya. Yapp film ini diangkat dari novel karya Cho Nam Jo dengan judul "Kim Ji Young born 1982". Awalnya tertarik ingin beli buku ini di periplus setelah melihat review buku ini di goodreads yang rata rata memberi rating 5 bintang. Biasanya saya pantang sekali menonton film yang diangkat dari buku sebelum saya tuntas membaca bukunya selesai. Belum sempat membeli dan baca novelnya saya sudah terlanjur nonton filmnya karena godaan Oppa Gong Yoo. (sutradara tau aja cara menarik minat penonton ). 

   Hasilnya setelah saya menonton film ini saya tidak menyesal karena cara sutradara mengemas semuanya begitu apik, sinematografi yang bagus, para pemeran dengan karakter kuat di film ini sukses bikin saya terhanyut dengan karya film satu ini apalagi di akhir film yang bikin saya nangis bombay. 

- SPOILER ALERT -
      Saya akan ulas secara garis besar saja karena terus terang saya jarang sekali mengulas film. Perlu saya ulas karena ini sangat berkesan buat saya apalagi ceritanya begitu dekat dengan perempuan terutama perempuan asia yang hidup di lingkungan patriarki. Film ini mengemas dengan apik bagaimana problematika yang dihadapi ibu rumah tangga yang full mengurus anak di rumah, dilema ibu bekerja meninggalkan anak di rumah, dilema wanita single dengan karier sukses, pelecehan verbal bagi para perempuan dari rekan kerja laki-laki, perempuan menikah yang belum dikaruniai anak hingga perempuan yang sudah cukup usia namun belum kunjung menikah dengan cibiran dan nyinyiran lingkungan sekitar.

      Pemeran utama wanita di film ini menjadi sentra utama konflik dalam cerita. Kim Jiyoung seorang istri dengan satu anak balita, seorang ibu rumah tangga yang fokus mengurus anak di rumah, menyiapkan segala keperluan suami , bersih- bersih, masak, belanja ke pasar. Rutinitas yang dilakukan setiap hari 24/7. Di film ini digambarkan secara dalam melalui karakter pemeran utama mengenai gejala depresi yang dialami banyak ibu rumah tangga yang seringkali tidak menyadari hal tersebut. Jiyoung sendiri mengalami gejala postpartum pasca melahirkan (bisa cek lebih detil mengenai apa itu postpartum depression ) yang berlanjut hingga usia anak balita.

    Gejala postapartum syndrome yang terjadi pada Jiyoung ini sangat disadari oleh sang suami (Gong Yoo). Bahkan sang suami mendatangi psikiater untuk meminta tolong untuk istrinya. Film ini memberi pesan pada penonton bahwa tidak apa untuk mengutarakan ke khawatiran kita dan meminta bantuan profesional (psikiater/psikolog). 

      Saat Dae Hyun sang suami meminta Jiyoung berlibur sementara dari rutinitas harian, Jiyoung menolak keras dengan alasan biaya liburan tidak murah dan khawatir akan jadi omongan sang ibu mertua karena dianggap hanya bisa membebani suami. Omongan pedas setajam silet dari ibu mertua menjadi salah satu faktor Jiyoung seringkali merasa depresi dan tak berguna. Jiyoung juga menolak untuk datang ke psikiater/psikolog dengan alasan biaya yang sangat mahal padahal sang suami sudah mendaftarkannya.
              
    Jiyoung juga kerap kali merindukan dirinya untuk kembali bekerja dan aktualisasi diri untuk mengatasi kejenuhan dan depresinya. Ia perlu bersosialisasi dengan orang lain tidak melulu dapur, rumah, pasar, daycare. (sayangnya di korea itu tidak ada geng arisan, kumpulan ibu RT atau RW yaaaa 😁setidaknya bisa sosialisasi sambil jualan tupperware, oriflame, jafra, ato laennya....eh jadi curcol ). Hingga satu titik Jiyoung berencana kembali bekerja dengan manager tempat ia bekerja dulu yang telah membuka kantor baru. Betapa Jiyoung semangat lagi seolah hidup lagi bahkan sudah mencari pengasuh untuk anaknya. 

     Sang suami yang sebenarnya dalam hatinya merasa khawatir anaknya tidak terurus bila Jiyoung bekerja lagi juga melihat kondisi psikologis sang istri yang tidak stabil tetap mendukung keputusan Jiyoung demi melihat sang istri bahagia. Bahkan Dae Hyun sang suami (Gong Yoo) menawarkan dirinya untuk mengambil cuti orang tua selama satu tahun demi mendukung keinginan Jiyoung untuk bekerja kembali. Baru tahu dari film ini di Korea ada cuti orang tua untuk mengasuh anak lalu akan kembali bekerja di perusahaan tersebut, cuti ini bisa diambil oleh laki-laki atau perempuan berkeluarga. 

       Keinginan Jiyoung ditentang habis-habisan oleh sang mertua yang memarahi Jiyoung karena egois dan mengatakan bahwa pendapatan wanita itu tidak lebih besar dari laki-laki bahkan dikatakan menghancurkan karier Dae Hyun yang sedang di puncak karier. Disini terlihat dilema Dae Hyun sebagai anak dan juga sebagai suami. Dae Hyun boleh dikatakan suami yang baik dan begitu sayang pada istrinya juga seorang anak yang patuh pada ibunya.

         Yang menarik dari film ini digambarkan melalui adegan dan sinematografi yang apik melalui cerita pendukung lainnya. Bagaimana perlakuan para karyawan pria yang kerap menganggap remeh karyawan wanita di kantornya melalui pelecehan verbal.

       Manager perusahaan Jiyoung tempat bekerja dulu adalah seorang perempuan yang memiliki karier cemerlang di kantornya kerap kali mengalami nyiyiran dari para lelaki. Ia seorang Ibu bekerja yang menitipkan anaknya pada ibunya dianggap sebagai ibu yang buruk juga anak yang tidak berbakti kepada orang tua. 
                    
          Film ini tidak hanya menggambarkan ibu rumah tangga yang depresi tapi juga perempuan secara umum. Terdapat salah satu adegan kakak Jiyoung yang juga perempuan belum menikah dan sudah berusia diatas 35 tahun jadi sasaran nyinyiran saat kumpul keluarga karena belum juga menikah. Juga moment saat Jiyoung  yang curhat pada suami setelah ia dicecar habis-habisan karena dia belum juga hamil oleh keluarga suami. Digambarkan juga adegan saat Jiyoung di nyinyir habis-habisan oleh pengunjung kafe sekitar saat ia hendak minum es kopi di kafe lalu minumannya tumpah oleh anaknya dan dikatai tidak bisa mengurus anak. 

        Bagaimana kisah akhir dalam film ini? happy ending? sad ending? film ini tidak memiliki plot twist namun benar-benar menggambarkan kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Untuk para penonton perempuan saat menonton ini pasti akan berkata di beberapa adegan " ini saya banget!!!", "iya banget ini kejadian sama temen ato sodara saya!!". Bagi para penonton laki-laki diharap membuka pikiran apa yang dirasakan wanita. Terlalu feminis kah film ini? saya tidak akan membahas itu....mungkin di tulisan saya berikutnya. 

          Setelah ini saya akan hunting beli bukunya dan berharap tidak membayangkan Gong Yoo saat membaca karakter Dae Hyun di bukunya. Saya suka filmnya dan untuk review bukunya saya akan upload di page goodreads saya nanti.

            Last but not least.....seringkali verbal bullying terjadi dari lingkungan terdekat. Be kind person and always say positive things to others. Karena kita tidak pernah tahu seberapa dalam menyakitkannya ucapan dan candaan yang kita lemparkan kepada orang lain entah itu teman, pasangan, saudara, keluarga atau orang asing. May you always have rainbow after the rainy day! Stay Happy everyone!

Unsere Haus
biene_maja 
Mittwoch, December 2019