Kamis, 17 April 2008

Kantuk si Kecil

Kemarin siang cukup terik dan membuat sedikit lelah, dalam perjalanan pulang di dalam angkutan umum saya duduk tepat di sebelah anak laki-laki kira-kira berusia 9-10 tahun (wajahnya agak-agak blasteran arab-india) dengan pakaian bebas beransel besar. Saya berpikir dan berkata dalam hati, “ini jam sekolah tapi kok anak ini pergi sendirian naik angkot ya?” Anak laki-laki disebelah saya hanya menunduk, lama-lama saya perhatikan ternyata dia terkantuk-kantuk sepanjang jalan. Dengan gaya menyetir supir angkutan umum di jalan raya (red: ngebut dan rem mendadak yang membuat kita selalu harus menggeser posisi duduk selesai sang supir ngerem mendadak!!) seharusnya orang yang ngantuk akan terjaga dengan seketika.

Mungkin sang anak di sebelah saya ini teramat lelah hingga guncangan sehebat itu di dalam angkutan umum tidak bisa membuat matanya melek. Kepalanya terguncang-guncang namun matanya seolah di lem dengan amat rekat karena matanya tak juga terbuka. Kasihan juga lihat anak sekecil itu tertidur di angkutan umum, kalau tujuan dia kelewat gimana? Tapi saya sendiri tidak tega membangunkan kepulasan si kecil di sebelah saya.

Bayangkan saking pulasnya si anak, kepalanya yang terantuk-antuk dengan keras ke jendela pun tak dirasa, dan saya rasa suara antuk kepala si kecil di jendela cukup keras (dalam keadaan sadar sakit sekali tuh!!bangun-bangun bisa benjol-benjol di kepala). Akhirnya saya menyumbangkan bahu saya agar kepala si kecil bisa menyandar dengan aman, semakin pulaslah tidurnya hehe!! Dengan sumbangan bahu saya sebagai tempat bersandar, penumpang lain di angkutan umum jelas me-merk-i saya sebagai orang dewasa yang pergi bersama si kecil (mungkin saya di kira sebagai kakaknya, tantenya atau mungkin ibunya…haha!!).

Kenapa saya cerita disini ya…karena saya jadi teringat waktu kecil (sekitar umur 5 tahun) saya dan kakak saya pernah nekat pergi ke mall berdua naik angkutan umum, padahal jarak tempuh mallnya cukup jauh dari rumah dan anak umur 5 dan 7 tahun bepergian sendiri). Dengan misi dan tekad untuk beli main pedang-pedangan, kenekatan saya dan kakak saya karena ibu tidak mau membelikan untuk kami karena harganya cukup mahal dan lagi saya dan kakak saya baru saja membeli beberapa mainan mobil-mobilan tamiya. (oke waktu kecil saya memang lebih suka main dengan tamiya daripada boneka ;p).

Melobi ayah dapatlah kami uang untuk beli pedang-pedangan (apa ya yang dipikirkan ayah waktu itu? anak kecil diberi uang untuk beli mainan bukannya dibelikan langsung hehe ;p). Yang paling saya ingat waktu itu saya dan kakak terkantuk-kantuk bersama di angkutan umum tapi sampai juga kami di rumah dengan selamat. Tiba di rumah kami sembunyi di bawah meja makan dan jelas ibu panik mencari kami kemana-mana. Pokoknya wajah ibu marah bercampur lega melihat kami, walhasil pantat kami merah hasil pukulan ibu hehe (duhduh KDRT tuh yah)…makanya jangan kabur-kabur begitu…;p

Ketika si kecil bersandar lelap di bahu saya…saya tersenyum-senyum mengingat masa kecil saya itu..namun orang-orang di dalam angkutan umum melihat saya seperti seorang perempuan yang sedang senyum-senyum karena anaknya halah!!mau tidak mau saya harus membangunkan si kecil karena saya harus turun lebih dulu…saya tanya mau kemana si kecil dia bilang mau ke sekolah dasar “anu” yang kurang lebih masih setengah jam lagi, oh dia mau ke sekolahnya toh. Saya berpesan supaya dia jangan ketiduran nanti kelewat, si anak Cuma cengar-cengir lantas membuka tasnya dan mulai makan wafer..woalah biar nggak ngantuk makan deh!...kantuk si kecil…kantuk si kecil…semoga besarnya nggak ngantukan saat rapat dampaknya bahaya juga tuh hehe ;p.

Biene_maja
Donnerstag, 17.04.2008

Tidak ada komentar: