Suatu siang di dalam ruang kelas kuliah dalam sebuah mata kuliah. Kami membahas sedikit tentang sebuah karya sastra dan berujung dengan perdebatan tentang sebuah definisi. Kedua kubu berargumen kuat dengan berbagai macam teori. Akhirnya ditengahi oleh sang dosen bahwa tidak selamanya bisa mengambil satu definisi pasti karena terkadang terdapat batas tipis antara kedua definisi tersebut. Tidak bisa hitam atau putih mungkin abu-abu…..hingga dosenku berkata bahwa ideal hanya terdapat dalam dunia ide.
Sebuah kata yang sudah sejak lama terngiang dalam benakku sejak lama bahwa ke-ideal-an itu relatif. Pernah dalam sebuah percakapan ringan di sebuah perpustakaan alternatif, aku dan rekan-rekanku berbicara panjang lebar tentang "yang ideal" dalam kehidupan. Ia mengatakan bahwa hidup yang ideal itu keseimbangan seperti yin dan yang, hitam dan putih berdampingan. Katanya manusia tak luput dari dosa maka imbangilah dengan kebaikan. Rekanku yang lain mengatakan hidup ideal baginya adalah jangan setengah-setengah menjadi atau mengerjakan sesuatu bila ingin matre-matre sekalian bahwa hakikatnya manusia itu materiil untuk hidup di dunia ini. Katanya toh kamu tak mungkin makan rumput saja kan?
Salah satu rekanku yang lain menceritakan kisah asmaranya yang kandas karena masalah "ideal". Ia mendambakan kekasihnya sesuai kekasih ideal dalam benaknya, kemudian tanpa disadari mencoba membentuk sang kekasih sesuai dengan ide "ideal" yang terpatri itu sendiri. Dalam kasus lainnya rekanku terus mencari pekerjaan yang ideal baginya.
Kembali bertanya pada diriku sendiri? apakah ideal itu bagiku? apakah yang ideal bagiku. Mungkin benar terkadang ideal itu hanya ada dalam dunia ide. Manusia bukan manusia sempurna dan kesempurnaan itu semacam ideal yang hanya terdapat dalam dunia ide…..ideal….ideal…ideal....hmphh....
by
JengMaya
Jatinangor, 11 April 2007
*catatan dari buku harianku yang lama*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar